Sabtu, 02 Maret 2013

Semarang, 29 Juli 1956

juga sadja pernah tjeritakan
dinegara-negara Barat itu hal
artinja manusia, hal artinja massa,
massa.
Bahwa dunia ini dihidupi oleh
manusia. Bahwa manusia didunia
ini, Saudara-saudara , “basically” –
pada dasar dan hakekatnja –
adalah sama; tidak beda satu sama
lain. Dan oleh karena itu manusia
inilah jang harus diperhatikan.
Bahwa massa inilah achirnja
penentu sedjarah, “The Makers of
History”. Bahwa massa inilah jang
tak boleh diabaikan ~ dan bukan
sadja massa jang hidup di
Amerika, atau Canada, atau Italia,
atau Djerman, atau Swiss, tetapi
massa diseluruh dunia.
Sebagai tadi saja katakan: Bahwa
“World Prosperity”, “World
Emancipation”, “World Peace”, jaitu
kekajaan, kesedjahteraan haruslah
kekajaan dunia : bahwa
emansipasi adalah harus
emansipasi dunia; bahwa
persaudaraan haruslah
persaudaraan dunia ; bahwa
perdamaian haruslah perdamaian
dunia ; bahwa damai adalah harus
perdamaian dunia, berdasarkan
atas kekuatan massa ini.
Itu saja gambarkan, saja
gambarkan dengan seterang-
terang nja. Saja datang di
Amerika,- terutama sekali di
Amerika – Djerman dan lain-lain
dengan membawa rombongan.
Rombongan inipun selalu saja
katakan : Lihat, lihat , lihat, lihat!!
Aku jang diberi kewadjiban dan
tugas untuk begini : Lihat, lihat,
lihat!! – Aku membuat pidato-
pidato, aku membuat press-
interview , aku memberi
penerangan-pene rangan; aku
jang berbuat, “Ini lho, ini lho
Indonesia, ini lho Asia, ini lho
Afrika!!”
Saudara-saudara dan
rombongan : Buka mata, Buka
mata! Buka otak! Buka telinga
Perhatikan, perhatikan keadaan!
Perhatikan keadaan dan sedapat
mungkin tjarilah peladjaran dari
pada hal hal ini semuanja, agar
supaja saudara saudara dapat
mempergunakan itu dalam
pekerdjaan raksasa kita
membangun Negara dan Tanah
Air.
Apa jang mereka perhatikan,
Saudara-saudara ? Jang mereka
harus perhatikan, bahwa di
negara-negara itu – terutama
sekali di Amerika Serikat – apa jang
saja katakan tempoh hari disini ”
Hollandsdenken ” tidak ada.
“Hollands denken” itu apa? Saja
bertanja kepada seorang Amerika.
Apa “Hollands denken” artinja,
berpikir secara Belanda itu apa?
Djawabnja tepat Saudara-saudara
“That is thinking penny-wise,
proud, and foolish”, katanja.
“Thinking penny-wise, proud and
foolish”. Amerika, orang Amerika
berkata ini, “Thinking penny-wise”
artinja Hitung……..satu sen……..satu
sen……..lha ini nanti bisa djadi dua
senapa `ndak?…….. satu
sen……..satu sen……… “Thinking
penny-wise”………” Proud” :
congkak, congkak, “Foolish” :
bodoh.
Oleh karena akhirnja merugikan
dia punja diri sendirilah, kita itu,
Saudara-saudara , 350 tahun
dicekoki dengan “Hollands
denken” itu. Saudara-saudara ,
kita 350 tahun ikut-ikut, lantas
mendjadi orang jang berpikir
“penny-wise, proud and foolish”
Jang tidak mempunjai
“imagination”, tidak mempunjai
konsepsi-konsep si besar, tidak
mempunjai keberanian – Padahal
jang kita lihat di negara-negara
lain itu, Saudara-saudara , bangsa
bangsa jang mempunjai
“imagination”, mempunjai fantasi-
fantasi besar: mempunjai
keberanian ; mempunjai kesediaan
menghadapi risiko ; mempunjai
dinamika.
Washington Monument, didirikan
tahun 1884
George Washington Monument
misalnja,
tugu nasional Washington di
Washington, Saudara-saudara :
Masja Allah!!! Itu bukan bikinan
tahun ini ; dibikin sudah abad jang
lalu, Saudara-saudara . Tingginja!
Besarnja! Saja kagum arsiteknja
jang mempunjai “imagination” itu,
Saudara-saudara .
Bangsa jang tidak mempunjai :
imagination” tidak bisa membikin
Washington Monument. Bangsa
jang tidak mempunjai
“imagination”…… …ja, bikin tugu,
ja “rongdepo”, Saudara-saudara .
Tugu “rong depo” katanja sudah
tinggi, sudah hebat.
“Pennj-wise” tidak ada, Saudara-
saudara . Mereka mengerti bahwa
kita – atau mereka – djikalau ingin
mendjadi satu bangsa jang besar,
ingin mendjadi bangsa jang
mempunjai kehendak untuk
bekerdja, perlu pula mempunjai
“imagination”,: “imagination”
hebat, Saudara-saudara .
Perlu djembatan? Ja, bikin
djembatan……teta pi djangan
djembatan jang selalu tiap tiap
sepuluh meter dengan tjagak,
Saudara-saudara , Ja , umpamanja
kita di sungai Musi…….Tiga hari
jang lalu saja ini ditempatnja itu
lho Gubernur Sumatera Selatan –
Pak Winarno di Palembang – Pak
Winarno, hampir hampir saja kata
dengan sombong, menundjukkan
kepada saja “ini lho Pak!
Djembatan ini sedang dibikin,
djembatan jang melintasi Sungai
Musi” – Saja diam sadja -”Sungai
Ogan” – Saja diam sadja, sebab
saja hitung-hitung tjagaknja itu.
Lha wong bikin djembatan di
Sungai Ogan sadja kok tjagak-
tjagakan !!
Kalau bangsa dengan
“imagination” zonder tjagak,
Saudara-saudara !!
Tapi sini beton, tapi situ beton !!
Satu djembatan, asal kapal besar
bisa berlalu dibawah djembatan
itu !! Dan saja melihat di San
Fransisco misalnja, djembatan jang
demikian itu ; djembatan jang
pandjangnja empat kilometer,
Saudara-saudara ; jang hanja
beberapa tjagak sadja.
Satu djembatan jang tinggi dari
permukaan air hingga
limapuluhmeter; jang kapal jang
terbesar bisa berlajar dibawah
djembatan itu. Saja melihat di
Annapolis, Saudara-saudara , satu
djembatan jang lima kilometer
lebih pandjangnja, “imagination”,
“imagination” “imagination”!! !
Tjiptaan besar!!!
Jembatan raksasa Golden Gate di
San Francisco,sudah berdiri sejak
tahun 1937
Kita jang dahulu bisa mentjiptakan
tjandi-tjandi besar seperti
Borobudur, dan Prambanan,
terbuat dari batu jang sampai
sekarang belum hancur ; kita telah
mendjadi satu bangsa jang kecil
djiwanja, Saudara-saudara !! Satu
bangsa jang sedang ditjandra-
tjeng kalakan didalam tjandra-
tjengka la djatuhnja Madjapahit,
sirna ilang kertaning bumi!!
Kertaning bumi hilang, sudah sirna
sama sekali. Mendjadi satu bangsa
jang kecil, satu bangsa tugu “rong
depa”.
Candi raksasa Borobudur di
Indonesia, sudah berdiri sejak
abad 9 Masehi!
Saja tidak berkata berkata bahwa
Grand Canyon tidak tjantik. Tapi
saja berkata : Tiga danau di Flores
lebih tjantik daripada Grand
Canyon. Kita ini, Saudara-saudara ,
bahan tjukup : bahan ketjantikan,
bahan kekajaan. Bahan kekajaan
sebagai tadi saja katakan : “We
have only scratched the surface ” –
Kita baru `nggaruk diatasnja sadja.
Kekajaan alamnja, Masja Allah
subhanallahu wa ta’ala, kekajaan
alam. Saja ditanja : Ada besi
ditanah-air Tuan? – Ada, sudah
ketemu :belum digali. Ja, benar!
Arang-batu ada, Nikel ada, Mangan
ada, Uranium ada. Percajalah
perkataan Pak Presiden. Kita
mempunjai Uranium pula.
Kita kaja, kaja, kaja-raja, Saudara-
saudara : Berdasarkan atas
“imagination”, djiwa besar,
lepaskan kita ini dari hal itu,
Saudara-saudara .
Gali ! Bekerdja! Gali! Bekerdja! Dan
kita adalah satu tanah air jang
paling cantik di dunia.

Negara Kesatuan Republik Indonesia

Indonesia adalah negara di Asia
Tenggara, terletak di garis
khatulistiwa dan berada di antara
benua Asia dan Australia serta
antara Samudra Pasifik dan
Samudra Hindia. Karena letaknya
yang berada di antara dua benua,
dan dua samudra, ia disebut juga
sebagai Nusantara (Kepulauan
Antara).
Indonesia memiliki 17.504 pulau
besar dan kecil, sekitar 6000 di
antaranya tidak berpenghuni[30] ,
yang menyebar disekitar
khatulistiwa, yang memberikan
cuaca tropis. Posisi Indonesia
terletak pada koordinat 6°LU -
11°08'LS dan dari 95°'BB -
141°45'BT serta terletak di antara
dua benua yaitu benua Asia dan
benua Australia/ Oseania.
Indonesia adalah negara
kepulauan terbesar di dunia
Wilayah Indonesia terbentang
sepanjang 3.977 mil di antara
Samudra Hindia dan Samudra
Pasifik. Luas daratan Indonesia
adalah 1.922.570 km² dan luas
perairannya 3.257.483 km². Pulau
terpadat penduduknya adalah
pulau Jawa, di mana setengah
populasi Indonesia hidup.
Indonesia terdiri dari 5 pulau
besar, yaitu: Jawa dengan luas
132.107 km², Sumatera dengan
luas 473.606 km², Kalimantan
dengan luas 539.460 km²,
Sulawesi dengan luas 189.216
km², dan Papua dengan luas
421.981 km².
(http:// id.wikipedia.org /wiki/
Indonesia ) Quote:
Keindahan :: Pantai & Pulau :
Kekayaan alam Indonesia berupa
pantai sangat banyak, dari mulai
pulau weh di aceh, hingga raja
ampat di papua, semuanya
menyajikan keindahan yang tak
kalah dengan negara tetangga
kita. bahkan Bali sempat
menempati peringkat 1 pulau
terbaik di dunia berturut-turut 7
kali versi majalah travel & leisure
Gunung dan bukit:
Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki gunung aktif
banyak, hal ini disebabkan karena
letak indonesia yang berada diata
garis lempengan bumi. gunung2 di
Indonesia memiliki keindahan
yang beragam.
Budaya:
Indonesia adahal salah satu
negara yang memiliki keragaman
budaya yang tinggi, terdiri dari
berbagai macam suku dan bahasa,
menjadikan keunikan tersendiri
bagi Indonesia
sejarah:
Indonesia memiliki kekayaan
sejarah yang kuat, termasuk
Borobudur yang sebelumya
menjadi salah satu keajaiban
dunia. selain Borobudur, Indonesia
memiliki lebih dari 100 candi yang
tersebar di seluruh penjuru
nusantara
hasil bumi:
Indonesia memiliki hasil bumi yang
luar biasa hebat, dari mulai hasil
bumi berupa tanaman, hingga
hasil bumi berupa minyak, emas,
dan materi sejenisnya, sehingga
menarik banyak investor asing ke
Indonesia

Derita Ibu Pertiwi

DERITA IBU PERTIWI

oleh Arfiend Tag SeMpurna pada 6 September 2012 pukul 11:09 ·
NEGRI INI PENUH LUDAH CACI MAKI,
TANPA SADAR APA YANG KAU
PERBUAT"
andai IBU PERTIWI mampu
berbicara,
Wahai anak ku, aku lah Ibu pertiwi
mu,
di rahim ini kau di lahirkan, besar
bersama ku. Namun kenapa kau
amat membenci ku, apa salah ku, !
Kenapa engkau malu mempunyai
ibu seperti aku, . !
Aku ibu mu, merindukan cinta mu
wahai anak bangsa ku,
Ibu selalu mencintai mu, hingga
apa pun yang kau butuh kan ku
sediakan.
Tau kah kau anak ku, di masa lalu,
Nenek moyang mu, hidup bahagia
bersama ibu, kami di kenal dengan
tanah surga, semua ibu sediakan,
makanan yang berlimpah dan
Mereka mencintai ibu.
Namun ada apa dengan sekarang.
Kalian membenci ku, . !
Kalian mencaci ku. . !
APA SALAH IBU NAK. . . !
engkau berkata saat ini banyak
anak ku yang lapar, saat ini banyak
anak ku yang menderita,
padahal ibu sudah melimpahkan
semua nya, pulau yang banyak
sungai penuh ikan besar, dan kau
lapar, silahkan cucuk perut ibu ini
dengan sebatang pohon singkong,
dan tanam lah dengan benih padi.
Ketahulah anak ku, kalian lah yang
membuat diri mu menderita, lihat
sungai sungai itu sekarang, penuh
limbah, sampah, dan sebelum nya
kau racun dengan tamak nya.
Hampir tiada ikan yang hidup di
sana.
Coba buka mata mu anak ku, lihat,
lihat tanah ini, tanah kering
kerotang tanpa air, kau tebang
semua pohon dengan nafsu mu,
dan apa yang terjadi sekarang
karna ulah mu sendiri nak,
kau menyalahkan ku, kau
membenci ku sebagai negara mu,
kau melupakan ku.
Ibu terima nak, ibu pula tetap setia,
walau pun muka ibu kau ludahi
dengan cacian mu di kala kau
lapar. .!
Maafkan aku anak ku.
ada apa lagi anak ku yang
bimbang.
Kenapa, ?
Kau berteriak membenci ibu, karna
pemimpin mu, kau membenci ku,
karna kebiadapan pemimpin
mu, ,mereka korupsi, mereka
menjual periasan emas permata
ibu, mereka tak mendengar mu,
apa lagi nak kesalahan ibu, ibu
sudah wariskan semua kekaya'an
ibu kepada mu, ibu wariskan
tanah penuh emas dan permata,
dan ibu menciptakan budaya agar
kau bahagia,
ibu bebas kan kau "memilih
pemimpin" mu sendiri agar kau
tak menyalahkan ibu lagi.
Namun apa yang kau lakukan nak,
kau menghianati ibu, kau pilih
pemimpin2 mu baik daerah, pusat
serta DPR, karna uang, liat lah yang
kau pilih itu.
Gara-gara uang kau gadai diri ku
nak, ibu mu sendiri, lihat lah
periasan ibu ini, di jual pemimpin
mu kepada asing, lihat lah harga
diri ibu ini, kau injak-injak dengan
keserakahan mu. Hingga ibu saat
ini tak punya apa-apa lagi kau hina
hina anak ku.
sadar lah anak ku, sadar lah,
semua ini atas tingkah laku mu
sendiri,
kau yang tidak amanah memilih
pemimpin, akan mendapatkan
pemimpin yang tidak amanah pula
anak ku.
hingga saat ini pun kau membenci
ku, mencaci ku, atas kesalahan mu
sendiri.
kau puja negara asing, namun kau
caci ibu pertiwi mu sendiri.
Aku pasrah anak ku, walau pun
pait, ketika diri ku tak punya apa2
lagi dan tak berdaya, karnah ulah
mu sendiri,
Ketahuilah anak ku, di ibu pertiwi
ini kau bisa beli BBM termurah di
Asean dan biaya hidup termurah di
Asean.
Penuh budaya yang banyak di
kagumi bangsa lain, namun
kenapa kau malu budaya ibu mu
ini,., kau katakan kampungan, kau
caci ibu ini nak,
akan ku telan ludah cacian mu, bak
madu. Dan ku tetap melipahkan
negri ini dengan berkah, hinga
orang asing pun menyebut ku
negri impian.
Hingga saat ini, aku menanti mu,
anak ku, aku rindu peluk hangat
mu, dan memuji ku, dalam tangis
bahagia.
Ayo sadar lah anak ku, bangkit lah
bersama ku ibu pertiwi mu,
hargai semua pemberian ibu, dan
jaga lah amanah ibu mu ini, hingga
nanti kau pasti akan sejatra dan
bahagia.

Pidato Pertama Ir.Sukarno

Sukarno muda, sangat gemar
mengikuti Hadji Oemar Said (HOS)
Tjokroaminoto, tokoh Sarekat
Islam dalam berbagai aktivitas.
Cara dan gaya orasi Tjokro pula
yang mengilhaminya menjadi
orator ulung. Di kemudian hari kita
tahu, Sukarno menjelma menjadi
orator ulung. Manakala ia
berpidato, lautan manusia tersirep,
redam, hening, khidmat.
Kepiawaian Sukarno berpidato,
bukan “ujung-ujug”, bukan
sesuatu yang tiba-tiba. Ia
melatihnya di kegelapan kamar
tanpa aliran listrik. Di pengapnya
ruang kamar tanpa jendela. Di
tengah malam buta, ia biasa
berpidato dengan suara lantang,
berirama, menghendak,
menghanyutkan. Ia bisa menjadi
seorang tokoh Yunani yang
berunjuk rasa. Ia bisa menjadi
siapa saja, dan menyuarakan apa
saja.
Itu dilakukan di kamar pondokan
Tjokroaminoto di Gang Peneleh 7,
Surabaya. Teman-teman penghuni
kamar-kamar yang lain, tahu betul
situasi itu. Mulanya mereka
menghardik, menyuruh diam
karena mengganggu ketengan
malam. Akan tetapi, lama kelamaan,
mereka hanya saling pandang dan
berkata datar, “Biasa…. si No mau
menyelamatkan dunia….” Adalah
biasa, nama Karno dipanggil
pendek, “No”.
Tahukan Anda, kapan untuk
pertama kali Sukarno berpidato?
Mungkin tidak penting, tapi
sungguh patut dicatat untuk
seorang tokoh bangsa,
proklamator negeri ini.
Dalam buku Bung Karno
Penyambung Lidah Rakyat
Indonesia, Sukarno menyebut
pidato di Studieclub HBS-lah
sebagai pidato pertamanya. Ketika
itu, ia berusaia 16 tahun.
Studieclub adalah pengajaran
tambahan di HBS, yang bertujuan
untuk membahas buah-buah
pikiran dan cita-cita. Pembicara
pertama, tentulah Ketua Studieclub.
Ia membuka statemennya dengan
mengatakan, “Adalah menjadi
suatu keharusan bagi generasi
kitauntuk menguasai betul bahasa
Belanda….”
Setiap orang setuju. Setiap orang…
kecuali Sukarno! Ia –entah dirasuki
apa– tiba-tiba meloncat ke atas
meja dan berkata keras, “Tidak.
Saya tidak setuju!” Tentulah semua
peserta Studieclub terbelalak,
terbengong-beng ong, terheran-
heran. Selanjutnya… bergulir
pidato Sukarno. Pidato yang
pertama yang dilakukannya di
muka banyak orang, tidak hanya di
sendiri di dalam kamar, di hadapan
“tidak seorang pun” kecuali
tembok dan kegelapan malam.
“Tanah kebanggaan kita ini dulu
pernah bernama Nusantara. Nusa
berarti pulau. Antara berarti di
antara. Nusantara berarti ribuan
pulau-pulau, dan banyak di antara
pulau-pulau ini yang lebih besar
daripada seluruh negeri Belanda.
Jumlah penduduk negeri Belanda
hanya segelintir jika dibandingkan
dengan penduduk kita. Bahasa
Belanda hanya dipergunakan oleh
enam juta manusia,” Bung Karno
berorasi.
Lanjutnya, “Mengapa suatu negeri
kecil yang terletak di sebelah sana
dari dunia ini menguasi suatu
bangsa yang dulu pernah begitu
perkas, sehingga dapat
mengalahkan Kublai Khan yang
kuat itu?” Sukarno terus dan terus
berkata-kata, dan mengakhirinya
dengan, “Saya berpendapat,
bahwa yang pertama-tama harus
kita kuasi adalah bahasa kita
sendiri. Marilah kita bersatu
sekarang untuk mengembangkan
bahasa Melayu. Kemudian baru
menguasai bahasa asing. Dan
sebaiknya kita mengambil bahasa
Inggris, oleh karena bahasa itu
sekarang menjadi bahasa
diplomatik.”
Tidak berhenti sampai di situ, ia
menyeru, “Belanda berkulit putih.
Kita sawomatang. Rambut mereka
pirang dan keriting. Kita punya
lurus dan hitam. Mereka tinggal
ribuan kilometer dari sini.
Mengapa kita harus berbicara
bahasa Belanda?!”
Suasana Studieclub heboh, gaduh
karena belum pernah mendengar
orasi seperti itu sebelumnya. Di
sebuah pojok ruang, Direktur HBS,
Tuan Bot, berdiri tak berbuat apa
pun, melainkan memandang ke
arah Sukarno dengan tatapan
tajam… seolah menyuarakan kata,
“Oooh… Sukarno mau bikin
susah!”

Rayuan Maut Ir.Sukarno

"Lak, tahukah engkau bakal istriku
kelak? ...orangnya tidak jauh dari
sini, kau ingin tau?
boleh..Orangnya dekat sini kau
tak usah beranjak, karena
orangnya ada di sebelahku"
(Soekarno kepada Utari
Tjokroaminoto, istri pertamanya)
"Aku kembali ke Bandung..dan
kepada tjintaku yang
sesungguhnya."
(Soekarno kepada Inggit Garnasih,
istri kedua)
"Engkau menjadi terang dimataku.
Kau yang akan memungkinkan aku
melanjutkan perdjuanganku yang
maha dahsyat."
("rayuan yang mematikan", kenang
Fatmawati di kemudian hari - istri
ketiga)
"Tien, I can't work without you.
Meski kamu istri kedua (setelah
Fatmawati-red), kamu tetap istri
saya yang sah. Biarpun kamu tidak
tinggal di Istana Negara, kamu
tetap mejadi ratu. Kamu akan
menjadi ratu yang tidak
bermahkota di Istana Bogor."
(saat meminta Hartini menjadi
istrinya - yang keempat)
"Aku mencintai kamu, aku ingin
kau membalas cintaku....seka rang
juga saya minta kepastian darimu
ya atau tidak"
(kepda Kartini Manoppo - istri
kelima)
"Kalau aku mati, kuburlah aku di
bawah pohon yang rindang. Aku
mempunyai istri yang aku cintai
dengan segenap jiwaku. Namanya
Ratna Sari Dewi. Kalau ia
meninggal kuburlah ia dalam
kuburku. Aku menghendaki ia
selalu bersama aku."
(kepada Naoko Nemoto yang kelak
berganti nama menjadi Ratna Sari
Dewi - yang keenam. Pernyataan
ini membuat geger rakyat
Indonesia masa itu)
Yatie adiku wong aju,
Iki lho alrodji sing berkarat kae.
Kuliknakna nganggo, mengko
sawise sasasi rak weruh endi sing
kok pilih: sing ireng, apa sing dek
mau kae, apa sing karo karone?
Dus; mengko sesasi engkas matura
aku. (dadi senadjan karo karone
kok senengi, aku ja seneng wae).
Masa ora aku seneng! Lha wong
sing mundhut wanodja palenging
atiku kok! Adja maneh sakados
alrodji, lha mbok apa apa ja bakal
tak wenehke
(surat kepada istrinya yang
ketujuh - Haryati)
Yury,
I came to you today,
but were out (to Wisma School)
I came only to say "I love you"
Yours,
Soekarno
(kepada Yurike Sanger, yang saat
itu masih berstatus pelajar SMA -
istri kedelapan)
Dear dik Heldy,
I am sending you some dollars,
Miss Dior, Diorissimo, Diorama
of course also my love,
Mas
(kepada Heldy Jafar, istri
kesembilan - saat itu kekuasaan
Soekarno mulai pudar)

Kisah Ir.Sikarno Menakhlukan 4 gadis Belanda

“Bung Karno sang penakluk”.
Itulah judul alternatif tulisan ini.
Atau… sempat pula kutulis judul
yang agak provokatif: “Bule-bule
Pacar Bung Karno”. Tapi akhirnya,
kuputuskan judul yang sekarang,
“Kisah Bung Karno Menaklukkan
Empat Noni Belanda”. Sekalipun ini
urusan cinta, tapi kata
“menaklukkan” terkesan lebih
heroik. Kesan yang melekat secara
otomatis ketika kita menyebut
namanya.
Ini adalah sepenggal pengalaman
hidup proklamator kita saat ia
duduk di bangku HBS (Hogere
Burger School), sebuah sekolah
lanjutan tingkat menengah pada
zaman Hindia Belanda untuk orang
Belanda, Eropa atau elite pribumi
dengan bahasa pengantar bahasa
Belanda. HBS setara dengan MULO
+ AMS atau SMP + SMA, namun
hanya 5 tahun. Di HBS Surabaya,
ketika itu, dari lebih 100 murid,
hanya 20 orang saja yang pribumi.
Pada waktu itu HBS hanya ada di
kota Surabaya, Semarang,
Bandung, Jakarta, dan Medan,
sedangkan AMS ada di kota
Jakarta, Bandung, Medan,
Yogyakarta, dan Surabaya. Begitu
sekelumit tentang HBS.
Nah… sebagai pemuda, Bung
Karno dalam penuturannya kepada
Cindy Adams, penulis biografinya,
menuturkan ihwal semangatnya
yang membara untuk bisa
menaklukkan noni-noni Belanda,
agar bisa menjadi pacarnya. Bukan
saja karena rasa penasarannya
sebagai laki-laki menaklukkan
gadis bangsa penjajah… lebih dari
itu, ia punya tujuan lain, yakni agar
cepat mahir berbahasa Belanda.
Sebagai pemuda yang mengaku
tampan selagi muda, Bung Karno
penuh percaya diri “mengejar”
gadis-gadis kulit putih. Dengan
kepandaian otaknya, dengan
penampilannya yang percaya diri,
serta dengan tampangnya yang
tampan, singkat kata Sukarno
muda mulai mendapatkan gadis-
gadis putih idamannya. Ia
mencatat, gadis bule HBS pertama
yang jadi kekasihnya bernama
Pauline Gobee, anak salah seorang
gurunya di HBS. Pauline dikisahkan
sebagai seorang gadis yang cantik,
dan Sukarno tergila-gila
kepadanya.
Kemudian, cinta Sukarno beralih ke
gadis putih lain bernama Laura.
Ooo… betapa Sukarno juga
memuja Laura. Tapi tak
berlangsung lama. Perburuan cinta
Sukarno, berhasil menangkap
seorang kekasih bule yang nomor
tiga. Mungkin Sukarno tidak benar-
benar mencintai. Buktinya, ia
sendiri lupa akan namanya. Yang ia
ingat, gadis itu dari keluarga Raat,
seorang Indo yang punya
beberapa putri cantik. Yang juga ia
ingat, rumah keluarga Raat adalah
berlawanan arah dengan rumah
yang ditinggali Sukarno. Sekalipun
begitu, selama berbulan-bulan
pacaran, Bung Karno rela tiap hari
jalan berputar arah hanya untuk
gadis pujaannya.
Nah, tambatan hati keempat
adalah seorang noni Belanda nan
cantik. Sukarno ingat betul
namanya: Mien Hessels. Seketika,
Mien Hessels mampu menutup
lembaran-lembar an indah
Sukarno muda bersama Pauline,
Laura dan juga putri keluarga Raat.
Mien Hessels telah menyihir
Sukarno menjadi gelap mata.
Sukarno memuja Mien Hessels
sebagai “kembang tulip berambut
kuning berpipi merah mawar”.
Kulitnya halus selembut kapas.
Rambut blondenya ikal mayang.
Pribadinya memesona. Sukarno
bahkan merasa rela mati untuk
mendapatkan gadis pujaannya.
Usia Sukarno 18 tahun, ketika itu.
Dan… Sukarno benar-benar nekad.
Suatu hari, ia menetapkan hati
melamar Mien Hessels.
Mengenakan busana terbaik,
bersepatu pula, Sukarno duduk di
kamar, melemaskan lidah,
menghafal kata, melatih bicara:
Melamar Mien Hessels menjadi
istrinya!
Sore yang cerah, Sukarno menuju
rumah Mien Hessels. Begitu
memasuki halaman rumahnya,
hatinya menggigil ketakutan.
Belum pernah sekali pun Sukarno
bertamu ke rumah orang Belanda
yang mewah. Halamannya
ditumbuhi rerumputan laksana
hamparan beludru hijau.
Kembang-kembang aneka warna
berdiri tegak baris demi baris.
Sementara, Sukarno tak punya topi
untuk dipegang. Karenanya, ia
hanya memegang hati, agar tak
gugup nanti.
Di hadapan seorang laki-laki tinggi
besar, ayah kekasih hatinya, Bung
Karno melepas kata, “Tuan… kalau
Tuan tidak keberatan, saya ingin
minta anak tuan….” Belum selesai
Sukarno muda bicara, ayah Hessels
melabraknya, “Kamu?! Inlander
kotor seperti kamu? Kenapa kamu
berani-berani mendekati anakku?!
Keluar kamu binatang kotor.
Keluar!!!”
Persis adegan sinetron konyol…
Sukarno angkat kaki dengan
perasaan seperti dicambuk, muka
dicoreng, hati terhina. Peristiwa
itu, melekat sepanjang hayat.
Tuhan sungguh mencintai
Sukarno. Waktu trus berlalu… 23
tahun sejak peristiwa
menyedihkan itu terjadi, tepatnya
tahun 1942. Perang Dunia II
tengah berkecamuk. Sukarno
sendiri sudah menjelma menjadi
tokoh pergerakan kemerdekaan
bagi bangsanya. Suatu sore, ketika
sedang berjalan-jalan di suatu
jalanan di Jakarta, ia mendengar
seorang wanita menyebut
namanya, “Sukarno?” Berpalinglah
Sukarno ke arah pemanggil seraya
menjawab, “Ya, saya Sukarno.”
Wanita itu tertawa terkikik-kikik,
“Dapat kau menerka siapa saya?”
Sukarno memandangi wanita
berbadan besar, jelek, tak
terpelihara. “Tidak, Nyonya… saya
tidak dapat menerka, siapakah
Nyonya?” Wanita itu kembali
tertawa terkikik-kikik sebelum
menjawab, “Mien Hessels!” dia
terkikik lagi.
Hati Sukarno menyeru, “Huhhh!!!
Mien Hessels! Putriku yang cantik
seperti bidadari, kini sudah
berubah menjadi perempuan mirip
tukang sihir, buruk dan kotor….”
Sadar ia melamun, buru-buru
Sukarno memberi salam kepada
mantan kekasihnya di Surabaya
dulu. Setelah itu, ia berpamit untuk
berlalu.
Sejurus kemudian, ketika
mengenang pertemuannya
dengan Mien Hessels, Bung Karno
mendesiskan rasa syukur kepada
Tuhan Yang Maha Penyayang. Hati
kecilnya berucap, “Caci maki yang
telah dilontarkan ayahnya dulu,
sesungguhnya suatu rahmat yang
tersembunyi….”

Ir.Sukarno : Demokratis atau Diktator

1.TIDAK
Sejak proklamasi kemerdekaan
1945, selama limabelas tahun
Soekarno praktis cuma Presiden
simbolis. Sampai 1959
pemerintahan ganti-berganti
berada di tangan orang-orang
sealiran dengan Hatta-Syahrir atau
para soekarnois yang harus
berkompromi dengan partai
Masyumi dan PSI. Soekarno baru
bisa dikatakan "berkuasa" hanya
enam tahun terakhir sejak
diumumkan "Demokrasi
Terpimpin" bulan Juli 1959. Itu pun
cuma kekuasaan formal karena
paralel di samping kekuasaan
Soekarno, dari pusat sampai ke
daerah berjalan kekuasaan
Angaktan Darat yang masif, rëel
dan efektif dengan senjata di
tangan. Militerlah yang
menjalankan kekuasaan dengan
menggonceng pada wibawa
Soekarno, termasuk melancarkan
penangkapan-pen angkapan
politik dengan legalites SOB.
Mereka melakukan berbagai
pengekangan kebebasan politik
semua atas nama Soekarno.
Selanjutnya mereka melancarkan
berbagai manuver politik seperti
misalnya memanfaatkan (kalau
tidak mau disebut menciptakan)
Manikebu, BPS (Badan Pendukung
Soekarnoisme), dan menunggangi
konsep Soekarno tentang
"golongan fungsional".
Kelompok militer Angkatan Darat
yang merongrong Soekarno itu
jugalah kemudian berkuasa leluasa
dijaman "Orde Baru" tanpa ada
penghalang apa-apa lagi. Angkatan
Darat telah berhasil menunaikan
"tugas internasionalny a"
menegakkan paradigma McCarthy
di Indonesia dengan tuntas dan
gemilang, menghancurkan PKI dan
menggésér Soekarno dari pentas
sejarah. Sejak 17 Oktober 1952
sampai 1965 Angkatan Darat
bermain di bawah-bawah,
menyusup dan menyatu dengan
kekuatanprogres if-revolusioner ,
di era Orde Baru watak asli
sesungguhnya kekuasaan militer
barulah muncul telanjang bulat di
permukaan dengan mitra sipilnya
Golongan Karya.
Lagipula Soekarno tidak punya
bakat sama sekali untuk jadi
diktator. Untuk itu
dia harus tidak punya hati nurani,
harus tega mampu membunuh
dan memenjarakan rakyatnya
sendiri sebagaimana
didemonstrasika n oleh jendral
Soeharto selama tigapuluh tahun
kekuasaannya. Tetapi Soeharto
itulah yang oleh Dunia Barat
dianggap telah berhasil
"mengkoreksi total otoriterisme
Soekarno" kembali ke "jalan
benar", kejalan demokrasi yang
dainggap benar oleh Barat.
Soekarno sebagai pemimpin yang
paling mengerti rakyatnya, secara
sadar menolak mendjiplak mentah-
mentah demokrasi Barat walaupun
otaknya penuh berisi ide-ide
sosial-demokras i, Aufklärung dan
berbagai konsep sosial revolusi
Perancis, revolusi Amerika sampai
pada perjuangan Willem van
Oranje melawan Spanyol. Dia
sepenuhnya diilhami konsep-
konsep Barat, tetapi dia berdiri
kukuh dengan kedua kakinya di
bumi tanah-airnya. Dari
pengalaman langsung yang dia
rasakan pada badannya sendiri,
dia tahu betul bahwa menuntut
reform sosial, membela rakyat
tertindas dalam sistem demokrasi
Barat, pada ujung-ujungnya selalu
rakyat akan berada di pihak yang
kalah. Maka dia kembangkan ide
yang berasal dari Ki Hadjar
Dewantoro "democratie met
leiderschap" (demokrasi
terpimpin), dan kita semua tahu
bahwa Demokrasi Terpimpin
Soekarno dalam masa balita-nya
sudah dibantai berdarah pada
tahun 1965.
Demokrasi Terpimpin tidak pernah
mendapatkan kesempatan untuk
membuktikan bahwa gagasan itu
bermanfaat dan diperlukan bagi
rakyat yang ingin memperbaiki
nasibnya sendiri. Di dunia Barat,
demokrasi berkesempatan diuji
(disosialisasi) seabad lebih
sebelum dia sampai menjadi
sistem mapan yang kita kenal
sekarang ini. Soekarno dengan
eksperimen demokrasinya yang
cuma sempat berjalan lima tahun
2. YA
Kediktatoran Sukarno juga mulai
terlihat sejak konsep Marhaenisme
berusaha diwujudkannya menjadi
ideologi partai. Syahrir dan Hatta
yang emperkenalkan kehidupan
demokratis didalam Partindo
(Partai Indonesia) pelan-pelan
dipinggirkan dan kehidupan partai
mulai diarahkan pada disiplin ketat
dan tunduk pada pucuk pimpinan.
Untuk menempuh ini Sukarno
tidak menggunakan cara yang
ditempuh oleh Lenin yang pernah
menjelaskan secara logis kepada
kelompok Mesheviks ketika Lenin
menjadi diktator. Jalan yang
ditempuh Sukarno hanyalah sibuk
dengan penjelasan-penj elasan
pentingnya keberadaan partai
pelopor yang memiliki massa
besar.
Bagi Sukarno, menegakkan
ideologi Marhaenisme lebih
penting ketimbang membangun
kehidupan demokratis. Sembari
mengutip Karl Liebknecht, ideolog
komunis Jerman, Sukarno
menegaskan bahwa massa harus
dibuat radikal dan jangan beri
kesempatan untuk pasif
menghadapi revolusi. Meski kelak
sesudah kemerdekaan tercapai,
penganut Marhaenisme cenderung
bergabung dengan partai Murba,
namun Marhaenisme ini lebih
menyepakati tafsiran Tan Malaka
tentang Marhaenisme.
ukarno yang sudah dihinggapi
sifat anti-demokrasi jelas tidak bisa
menerima sepenuh hati
perjuangan menegakkan
demokrasi. Praktek demokrasi
parlementer diawal kemerdekaan
yang dipenuhi aspirasi masyarakat
dihapuskannya begitu saja dengan
tudingan telah menjiplak
demokrasi borjuis. Akibatnya,
kekecewaan terhadap Sukarno
memuncak menjadi
pemberontakan. Apalagi sikap
kekiri-kirianny a yang kental telah
menjadikan Sukarno hendak
membangun aliansi internasional
dengan negara-negara komunis
(Cina dan Uni Sovyet). Sesudah
kunjungannya ke Cina ditahun
1956, Sukarno tampak sangat
mengagumi Mao Tse Tung, dan
terutama Chou En Lai. Sedangkan
hubungannya dengan Hatta makin
menjauh. Dalam sebuah
kesempatan bertemu dengan
dubes AS Hugh S. Cumming 27
Februari 1957, Hatta menceritakan
kekurang-pahama n Sukarno
dalam mencermati perkembangan
demokrasi parlementer.
Sukarno yang awalnya sangat
akrab dengan Mohammad Natsir,
tokoh Masyumi, mendadak
berubah sesudah terjadi
perbedaan pandangan politik.
Sukarno membangun opini politis
yang menyebutkan bahwa
gagasan mendirikan "negara"
Islam jauh lebih berbahaya
daripada sebuah rezim komunis.
Opini bertambah kencang
dihembuskan saat dikait-kaitkan
dengan kelompok DI/TII pimpinan
Kartosuwiryo. Tanpa ada upaya
untuk memahami latar-belakang
terjadinya pemberontakan
tersebut, yang sebenarnya
merupakan reaksi atas perjanjian
Renville Januari 1948. Dimana
perjanjian itu telah
memperbolehkan tentara Belanda
kembali masuk kedalam wilayah
Jawa Barat.
Begitupula dengan
pemberontakan Kahar Muzakkar di
Sulawesi Selatan dan Tengku Daud
Beureu'eh di Banda Aceh, yang
sesungguhnya merupakan reaksi
atas sikap-sikap arogan dan anti-
demokrasi dari Sukarno. Namun,
kelihaian berpolitik kelompok
Sukarno justru membalik fakta dan
menciptakan citra buruk atas
pemberontakan diatas.
Poros Jakarta-Pyongya ng-Peking
yang dibangun saat Sukarno
sangat akrab dengan PKI telah
menjadikan posisi Indonesia
makin terpencil dari dunia
internasional. Sembari menindas
kekuatan demokrasi, Sukarno
memprakarsai demokrasi
terpimpin (1959-1965) yang
sangat jelas merupakan
kediktatoran. Untuk
mengabadikan kekuasaannya,
Sukarno banyak memproduksi
simbol-simbol Jawa agar bisa
diterima oleh masyarakat
Indonesia, khususnya Jawa.
Sedangkan hubungan Indonesia
dengan negara-negara tetangga
juga mengalami kemunduran
dengan dicetuskannya "ganyang
Malaysia".
Sukarno mengalihkan perhatian
masyarakat dari masalah dalam
negeri dengan mencari musuh di
luar-negeri. Berbagai slogan dan
propaganda politik diproduksi
hanya semata untuk memenuhi
hajat Sukarno berkuasa. Mobilisasi
massa dikerahkan untuk dikirim
sebagai sukarelawan/
sukarelawati menghadapi satuan-
satuan tempur elit Inggris (SAS) di
Kalimantan Utara. Bahkan untuk
memobilisasi sukarelawati
menggayang Malaysia, Sukarno
perlu mengeluarkan Kepres tahun
1964 yang menjadikan Kartini
sebagai sosok wanita pejuang
Indonesia. Ribuan nyawa
melayang hanya untuk menjadi
korban ambisi politik Sukarno.
Bahan-bahan indoktrinasi dari
Sukarno telah melahirkan sebuah
ajaran baru selain Marhaenisme.
Yaitu Sukarnoisme, yang
merupakan ajaran bersumber dari
pemikiran-pemik iran Sukarno.
Sukarnoisme banyak diminati oleh
mereka yang terpesona pada
kharisma Bung Karno (BK), selain
juga ada yang mempelajarinya
diluar konteks keterpesonaan
tersebut. Bung Karno sendiri
memang sosok besar dalam
sejarah perjalanan bangsa
Indonesia, sehingga wajar jika dia
ditempatkan dalam sejarah
sebagai proklamator dan sering
dipuja. Tapi, kelompok Soekarnois
telah sangat mengkultuskan sosok
Soekarno hingga sangat tidak
wajar sehingga cenderung kurang
obyektif. Ajaran Soekarno
disebarkan sembari memberangus
prosedur demokrasi.
Di antara ajaran Sukarno yang
menyangkut masalah sosial-politik
dan sosio-ekonomi yang nampak
sangat kuat berada didalam
Manipol USDEK (Manifesto Politik
Undang-Undang Dasar '45,
Sosialisme Indonesia, Demokrasi
Terpimpin, Ekonomi Terpimpin dan
Kepribadian Indonesia), yang pada
dekade '60-an menjadi bahan
indoktrinasi pada masyarakat.
Arahan-arahan yang dikandung
dalam Sukarnoisme lalu
dikembangkan sedemikian rupa
oleh orang-orang dekat BK, demi
kepentingan tertentu. Sehingga
rakyat dihipnotis mengikuti apa
yang diutarakan oleh Sukarno.
Berbagai mitos-mitos bersifat
politis diciptakan pula demi tetap
mengabadikan kekuasaannya. Baik
langsung maupun tidak langsung,
banyak orang-orang yang kagum
pada Sukarno lalu mendewa-
dewakan nya.
Kehadiran Sukarno diidentikkan
dengan kehadiran Ratu Adil yang
berjanji akan membawa rakyat
Indonesia ke pintu gerbang
kemakmuran dan kesejahteraan.
Mitos lain menyebutkan adanya
hubungan Sukarno kepada para
leluhur masa lalu yang juga telah
memegang kekuasaan. Semuanya
itu bertujuan untuk tetap
mengabadikan Sukarno sebagai
lambang kekuasaan tunggal di
Indonesia. Pemitosan Sukarno jelas
kemudian sangat menguntungkan
para politisi di sekitarnya.