Sabtu, 02 Maret 2013

Sepenggal Kisah Bung Karno

Soekarno = Tuan boleh punya bom
atom, tapi kami punya seni yang
tinggi
Adalah kebiasaan Presiden AS,
John F. Kennedy menerima tamu-
tamu negara di lantai atas Gedung
Putih. Tapi protokol itu tidak
berlaku bagi Sukarno, Presiden
Republik Indonesia. Dan itu
dinyatakan langsung kepada
protokol Gedung Putih, “Kennedy
mesti turun. Sambut saya di
bawah. Kalau tidak, saya tidak akan
datang.”
Entah bagaimana si petugas
protokol itu menyampaikannya ke
Kennedy. Tetapi yang jelas, ketika
Bung Karno datang ke Gedung
Putih, Kennedy turun ke ke lantai
bawah, dan menyambutnya
dengan ramah. Setelah ritual
pertemuan dua kepala negara
sekadarnya, barulah keduanya
bersama-sama menaiki tangga ke
atas, diiringi para staf kedua
petinggi negara tadi.
Bukan hanya itu. Bung Karno
bahkan diberi kesempatan
berpidato di Gabungan Kongres
dan Senat Amerika Serikat. Ini
sangat jarang terjadi, Kepala
Negara disambut di Amerika
Serikat dengan Sidang Gabungan
Kongres dan Senat.
O, ya… mundur sedikit ke belakang,
ke saat di mana Bung Karno tiba di
Gedung Putih, disambut Kennedy
di bawah. Ketika itu, Kennedy
sempat memperkenalkan para staf
yang mendampinginya. Salah
satunya adalah Menteri Pertahanan
Amerika Serikat, Charles Wilson,
nama lengkapnya Charless Nesbitt
Wilson. Politisi kelahiran Texas
tahun 1 Juni 1933, alias satu
zodiak dengan Bung Karno.
Ketika diperkenalkan, Wilson yang
berperawakan gagah dan
berwajah macho, maju hendak
menyalami Presiden Sukarno. Saat
itulah muncul spontanitas humor
diplomasi yang sungguh luar biasa
dari seorang Sukarno, presiden
negara berkembang yang belum
lama lepas dari penjajahan
Belanda.
Kepada Wilson, Bung Karno tidak
sekadar mengulurkan tangan
untuk bersalaman. Lebih dari itu,
Bung Karno dalam bahasa Inggris
yang fasih berkata, “Kombinasi
baju dan dasi Tuan tidak bagus,”
berkata begitu sambil Bung Karno
membetulkan ikatan dasi yang
kelihatan miring. Selesai merapikan
dasi Menhan Amerika Serikat, Bung
Karno melanjutkan ucapannya,
“Tuan boleh punya bom atom, tapi
kami punya seni yang tinggi.”
Bayangkan, mental siapa yang
tidak koyak. Apalagi Bung Karno
melakukan semua gerakan dan
ucapan tadi dengan sangat penuh
percaya diri, disaksikan begitu
banyak orang. Dari hal-hal kecil
seperti itulah, dignity, harga diri
kita sebagai bangsa dibangun oleh
Bung Karno, sehingga Indonesia
tidak dipandang sebelah mata —

Tidak ada komentar:

Posting Komentar