Sabtu, 02 Maret 2013

nyaris d bantai nica,Ir.SUKARNO d selamatkan tentara india

Pasca proklamasi, suasana kian
genting. Keterpurukan Jepang dari
Sekutu, serta belum adanya
perintah menyerah dari Kaisar,
membuat serdadu Jepang yang
ada di Indonesia frustrasi. Dalam
situasi seperti itu, Sekutu kembali
mendarat di Bumi Pertiwi, hendak
mengoyak-koyak kembali
kemerdekaan yang sudah
diproklamasikan Bung Karno dan
Bung Hatta, atas nama rakyat
Indonesia.
Syahdan, sebelum Bung Karno dan
Bung Hatta akhirnya memutuskan
hijrah ke Yogyakarta tahun 1946,
sebelumnya telah dipicu oleh
sebuah peristiwa upaya
pembantaian terhadap Bung Karno
oleh para tentara Sekutu
gabungan di Jl.Kramat, Jakarta
Pusat. Peristiwanya bermula ketika
pada suatu hari, Bung Karno
hendak mengunjungi dokter
pribadinya, Dr. R. Soeharto yang
beralamat di Jl. Kramat 128, Jakarta
Pusat. Apa lacur, ketika hendak
mencapai tujuan, sekelompok
tentara Sekutu mencegat mobil
Oldsmobile yang membawa Bung
Karno. Mereka langsung
mengepung dan mengarahkan
senapan berbayonet ke arah mobil
Sukarno. Senapan itu telah
dikokang sebelumnya. Itu berarti,
peluru setiap saat bisa
dimuntahkan guna membinasakan
proklamator kita.
Peristiwa itu, sontak
menggegerkan masyarakat yang
melihatnya. Kabar tersebar begitu
cepat, laksana tertiup angin. Salah
satu menerima kabar adalah Tabib
Sher, seorang tabib asal India yang
membuka praktek di Jl. Senen Raya,
tak jauh dari Jl. Kramat Raya.
Kebetulan, saat kabar diterima, di
situ tengah berkumpul para
serdadu Sekutu yang beretnis
India muslim.
Tabib Sher yang memang pro
kemerdekaan Indonesia, dan juga
pendukung Sukarno, kontan
mengajak para serdadu Sekutu
India muslim dan sejumlah
pejuang, menuju TKP (tempat
kejadian perkara). Terjadilah
pemandangan sengit, ketika
tentara Sekutu India Muslim
menodongkan senapannya ke
arah rekan tentara Sekutu
gabungan Inggris dan Belanda.
Tentara Nica Sekutu diperintahkan
meletakkan senapan dan
mengangkat tangan. Perang mulut
tak terhindarkan. Nica semula
bersikukuh hendak menghabisi,
setidaknya merangsek Bung Karno
sebagai “musuh nomor satu” Nica.
Tentara Sekutu India Muslim
mengokang senapan dan siap
berbaku tembak. Ciut nyali serdadu
Nica, mereka mundur teratur
sambil melontarkan sumpah
serapah. Mundurnya Nica, diikuti
gerakan serdadu India Muslim
dengan tetap menodongkan
senapannya.
Dr Soeharto yang menyaksikan
dari depan rumahnya, segera
menghambur menjemput Sukarno,
manakala dilihat tentara Nica
mundur teratur. Bung Karno
segera menuju rumah Dr. Soeharto
yang tak jauh dari lokasi kejadian.
Setelah situasi mereda,
diketahuilah, bahwa tentara-
tentara Nica yang jengkel dan
kecewa karena digagalkan
merangsek Sukarno,
melampiaskan amarahnya pada
mobil Bung Karno. Kaca dipecah,
ban ditusuk bayonet, body dibuat
penyok, dan amukan-amukan lain
tertuju pada mobil tak berdosa.
Adalah Tabib Sher pula yang
kemudian menderek mobil Bung
Karno, memperbaikinya, dan
menyerahkan kembali kepada
Bung Karno melalui dr.
Darmasetiawan yang waktu itu
menjabat Sekjen Kemnterian
Penerangan dan berkantor di Jl.
Cilacap, Menteng, Jakarta Pusat.
Sementara itu, Bung Karno sendiri
dikabarkan sudah berada di
Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar