Sabtu, 02 Maret 2013

Latar Belakang Peristiwa Rengasdengklok

Pada tanggal 14 Agustus 1945
Jepang menyerah kepada Sekutu.
Tentara dan Angkatan Laut Jepang
masih berkuasa di Indonesia
karena Jepang telah berjanji akan
mengembalikan kekuasaan di
Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan
Sjahrir, Wikana, Darwis, dan
Chaerul Saleh mendengar kabar ini
melalui radio BBC. Setelah
mendengar Jepang bakal bertekuk
lutut, golongan muda mendesak
golongan tua untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Namun golongan tua
tidak ingin terburu-buru. Mereka
tidak menginginkan terjadinya
pertumpahan darah pada saat
proklamasi. Golongan muda
berpendapat PPKI adalah sebuah
badan yang dibentuk oleh Jepang.
Mereka menginginkan
kemerdekaan atas usaha bangsa
kita sendiri, bukan pemberian
Jepang.
Perbedaan Perspektif
a. Golongan tua: Kelompok
nasionalis golongan tua yang
mengambil strategi kooperasi
terhadap pemerintah jepang.
Kelompok ini bersifat hati-hati
dalam mencemati masalah
kemerdekaan. Mereka
berpendapat bahwa kemerdekaan
harus dilaksanakan sesuai dengan
persetujuan perjanjian dengan
Jepang. Mereka tidak mau
melanggar perjanjian itu karena
akan terjadi pertumpahan darah.
Selain itu, mereka juga
mengetahui bahwa jepang di beri
tugas oleh sekutu untuk
mempertahankan status Quo di
Indonesia. Beberapa tokoh
golongan tua antara lain:
Moh.Yamin, Kihajar Dewantoro,
Kyai Haji Mansyur, Dr.Buntara, dan
Mr.Iwa Kusuma Sumantri.
b. Golongan Muda: Kelompok
Nasionalisme golongan muda
yang anti Jepang dan anti Fasis.
Golongan muda bersikap agresif.
Mereka menginginkan proklamasi
kemerdekaan secepatnya
dilaksanakan sebelum sekutu
mengambil kekuasaan dari Jepang.
Para pemuda menginginkankan
proklamasi kemerdekaan lepas
dari pengaruh Jepang.
Kemerdekaan Indonesia hanya
dapat dan harus dilaksanakan oleh
bangsa Indonesia sendiri bukan
sebagai hadiah dari jepang.
Beberapa tokoh yang berperan
mempercepat kemerdekaan
adalah: Sukarni, Adam Malik, Dr.
Muwardi, Wikana, Chaerul Shaleh,
M.M. Drah Pandu Wiguna dan
syarif Thayeb.

1 komentar: