Sabtu, 02 Maret 2013

Strategi Ir.Sukarno

inamika perpolitikan Indonesia di
era perang dingin kurun waktu
1953-1963 pernah ditandai
dengan aroma diplomasi cantik
dan elegan, disertai dengan
kebijakan para pemimpin yang
tidak mau didikte dan tunduk pada
Amerika. Meski saat itu negeri
Indonesia baru merdeka dalam
hitungan belasan tahun, semangat
nasionalisme dan kecerdikan para
pemimpinnya menjadikan n
egara Indonesia disegani oleh
Amerika, Uni Soviet dan negara-
negara Sekutu.
Bagaimana tidak, di tengah
perseteruan perang dingin antara
Amerika dan Uni Soviet, Indonesia,
yang baru merdeka dalam
hitungan belasan tahun, lewat
kunjungan Soekarno ke
Washington berhasil
mendinginkan keadaan. Di sisi lain,
melalui semangat nasionalisme
yang tinggi dan kecerdikan
diplomasinya, pemerintah
Indonesia lewat diplomasi cantik
dan ciamik Soekarno juga berhasil
mempermainkan Amerika dan Uni
Soviet dalam kasus pembebasan
Irian Barat dari penjajahan
Belanda.
Dengan menggunakan kartu Uni
soviet, Soekarno menerapkan
kebijakan luar negeri dengan
metode gertak sambal, yaitu
menakut-nakuti Amerika bahwa
militer Uni Soviet akan membantu
Indonesia dan akan memporak-
porand akan Belanda, negara
sekutu Abadi Amerika di tanah
penjajahan Papua.
Berkat diplomasi Bung karno,
Amerika tak berkutik, John F
Kennedy dengan sangat terpaksa
memerintahkan Belanda untuk
hengkang dari dan tanah Irian
Barat. Papua kemudian bebas dari
penjajahan dengan tanpa jatuh
korban dan peperangan. Sebuah
permainan diplomasi cantik
diperagakan oleh pemimpin
Indonesia, dengan spirit
nasionalisme yang tinggi dan sikap
pemerintahan yang independen.
Landasan kepemimpinan Soekarno
dibangun atas dasar nasionalisme,
Islam dan Marxisme. Nasionalisme
yang tumbuh dalam dirinya telah
menanamkan rasa persatuan dan
cinta Tanah Air sekaligus
menjadikan dirinya menjadi
proklamator dan presiden pertama
Indonesia, sementara ideologi
Marxisme yang dikembangkannya
membuat dirinya memiliki
hubungan dekat dengan Uni Soviet
dan menanamkan jiwa anti
hegemoni dan imperialisme Barat.
Bersama pemerintahan Soekarno,
kebijakan luar negeri Indonesia
sangat disegani asing. Salah satu
kebijakan luar negeri yang indah
dan luar biasa dalam dinamika
politik Indonesia di era
pemerintahan Soekarno adalah
peristiwa pembebasan tanah
Papua dari penjajahan Belanda.
Pada masa itu, Soekarno
memanfaatkan Uni Soviet yang
saat itu sedang berseteru dengan
Amerika, pada saat bersamaan
posisi negara Belanda menjadi
bagian dari Sekutu bersama
Amerika dan Eropa. Soekarno
melalui kekuatan diplomasinya
membujuk Uni Soviet untuk
membantu secara militer mengusir
Belanda dari tanah Papua, dan
keberhasilan diplomasi Soekarno
ini disampaikan ke Pihak Amerika.
Amerika yang saat itu tidak tega
melihat sekutu abadinya luluh
lantak oleh militer Uni Soviet, lalu
memerintahkan Belanda untuk
mundur dari pendudukannya di
tanah Irian.
Proses diplomasi yang membuat
Amerika gigit jari tersebut
berlangsung demikian. Subandrio
wakil perdana menteri yang
pernah menjabat duta besar
Moskow, diperintah olah Soekarno
untuk meminta bantuan militer
kepada pemimpin Uni Soviet, Nikita
Khrushehev, agar mengusir
Belanda dari tanah Papua.
Keberhasilan Subandrio melobi
Nikita Khrushehev kemudian
disampaikan oleh Soekarno
kepada Howard P Jones, duta
besar Amerika di Indonesia.
Informasi tersebut membuat John
F Kennedy yang saat itu sedang
menjabat sebagai presiden
Amerika kalang kabut, karena
Kennedy tidak mau melihat
Belanda porak-poranda dan babak
belur akibat serangan militer Uni
Soviet, ia memaksa Belanda untuk
kabur dan hengkang dari tanah
Papua. Tanah Papua pun bebas
dari penjajahan Belanda dengan
tanpa korban dan biaya
pengeluaran untuk militer, dan
militer Uni Soviet pulang tanpa
menembakkan sebutir peluru pun
karena Belanda sudah hengkang
saat kapal perang Uni Soviet
sampai di perairan Indonesia.
Keberhasilan Soekarno
mempecundangi Amerika tidak
hanya dalam kasus pembebasan
tanah Irian, pemerintahan di masa
Soekarno juga berhasil
menangkap basah penyusupan CIA
di Maluku pada tahun 1958, yang
menyamar sebagai pilot, dan
kemudian diadili secara tertutup.
Padahal Amerika saat itu mendanai
pemberontakan pemerintahan
revolusioner Republik Indonesia
dan perjuangan Semesta di
Maluku.
Pencapaian negara Indonesia di
era Soekarno ini seakan
menunujukkan bahwa negara
Indonesia pernah menjadi negara
yang memiliki kekuatan diplomasi
yang cantik, dengan jiwa
nasionalisme yang tinggi dan tidak
pernah mau tunduk dan didikte
oleh negara super power Amerika.
Salah satu bukti nyata lain adalah
dinamika politik Indonesia pada
tahun 1948 ditandai dengan
deklarasi politik bebas aktif,
melawan Malaysia pada tahun
1963, dan keluar dari keanggotaan
PBB pada tahun 1965.
Lewat buku ini rasanya Baskara
ingin menunjukkan bahwa
kepemimpinan Indonesia
beberapa puluh tahun yang lalu
pernah memiliki rasa nasionalisme
yang tinggi dan dengan gagah
berani menentang hegemoni
pihak asing. Sayangnya ruh
kepemimpinan ala Soekarno ini
tidak lagi kelihatan di masa
sekarang, dan hanya tinggal
kenangan.
Hal ini dibuktikan, bahwa praktis
pasca presiden Soekarno,
Indonesia berada dalam
cengkeraman asing (Amerika),
pemerintahan Orde Baru berada di
bawah kendali Amerika, melalui
lembaga-lembaga internasional-
n ya seperti IMF, Bank Dunia,
USAID. Orde Baru mewarisi
kebijakan buruk dan berlanjut
hingga sekarang, tak heran jika
Indonesia di masa Orde Baru
pernah dijuluki sebagai negara
gagal atau failed state akibat
strategi kebijakannya yang selalu
tunduk pada Mafia Berkeley, dan
Indonesia hanya menjadi negara
kepanjangan tangan dari
kepentingan global Mafia Berkeley
lewat "Washington konsensus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar